VAw4HBTsJIe15camAdLyxmr6Gko2NgDKdvrlkFP2

naskah drama 6 orang [batu menangis]



Batu menangis
Alkisah hiduplah seorang janda tua bersama anak gadisnya yang bernama Laras, dewi, dan Ana di sebuah desa terpencil Kalimantan barat. Mereka tinggal di sebuah gubuk di ujung desa, sejak ayah laras meninggal, mereka hidup sebatang kara. Maka dari itu ibupun rela bekerja di sawah untuk menghidupi mereka sedangkan laras adalah gadis yang manja.
Ibu: “Laras, bangunlah nak, lihatlah ayam sudah berkokok, apakah kamu tidak malu dengan ayam?”
Laras: “ ibu, aku kan sudah besar, biarlah aku hidup seenaknya”.
Dewi: “kakak, janganlah membantah perintah ibu!!”.
Laras: “kamu ini masih kecil aja udah blagu!, awas  kakak mau mandi dulu!”
Dewi: “kakak mau mandi aja laporan”
Setelah beerapa menit kemudian
Laras: “dududu wahhh.. ternyata aku adalah ora tercantik di kampong ini.” (sambil menatap kacanya)
Dewi:”ih..kakak pedenya over dehh”.
Laras: “banyak omong kamu dek, emang iya kakak paling cantik di kampung ini!”
Dewi: “oh seperti itu..lalu??”
Laras: “ah, blagu kamu dek!, eh ana menurut kamu kakak cantik tidak?” (sambil mendekati ana yang sedang menyapu)
Ana: “ iya kak, kakak emang cantik, tetapi lebih cantik jika mau membantu ibu, pasti lebih cantik”. (duduk dan berhenti menyapu)
Laras: “apa maksudmu? (melotot) katakana sekali lagi!!!(menjambak)
Ana:” aduhhh…kaak..sakit, maafin anan kak”
Dewi:” makanya nggak usah urusan sama kakak”
Laras:” hahaha..ayo wi, kita pergi saja”
Kemudian laras meninggalkan ana adiknya, dan kembali mengagumi kecantikanya. Padahal dia anak tertua, tetapi tidak mau membantu ibunya.
Ibu: “nak, ayo bantu ibu bekerja di sawah” (ajak ibu)
Laras:”ke sawah?? Aku tidak mau nanti kuku dan kulitku yang cantik ini terkena lumpur. Pergi saja saa bareng dewi dan ana, aku tidak mau!!”.
Ibu:” laras memangnya kenapa kalau kuku dan kulitmu kotor?, dewi dan ana saja yang membantu ibu pergi ke sawah terkena lumpur saja alhamdulilah sampai sekarang ia baik-baik saja.”
Dewi:” udah kak, nurut saja nanti juga di sawahketemu arman pujaan gati kakak haha”
Laras:”ah …biarin biar ana saja yang ikut ke sawah  atau kamu, aku tidak mau pergi ke sawah ibu!kalau mau ke sawah yaudah pergi saja sendiri”.
Ibu: “(duduk dan mengusap dada lemas)”
Haripun sudah menjelang siag, laras pun teringat dengan alat kecantikanya  yang habis, tak lama kemudian ibu dan ana adiknya dating da laras pun menghmpiri ibu dan ana yang baru sampai di depan pintu yang kelihatan lelah.
Laras:”bu alat-alat kecantikan ku sudah habis, ibu haris segera membelikan yang baru
Ana dan dewi:” kak, ibu saja baru pulang, seharusnya kakak menghargai ibu sedikit .”
Ibu:” laras, ibu masih lelah, besik saja pasti ibu belikan”
Laras:”tidakk mau!!! Aku ingin sekarang”
Ana: “kakak! Ibu kan capek”
Ubu:” sudah sudah, taka apa-apa dewi, ana biar ibu beli, tapi laras, tapi ibu tidak tahu alat kecantikan apa yang dimaksud kamu harus ikut ya”
Laras:”ya…aku mau ikut kepasar, tapi dengan satu syarat kalian harus berjalan dibelakangku.”
Dewi:” maksud kakak??”
Laras:”iya, kalian harus berjalan dibelakangku, malu la aku berjalan dengan kalian !”
Dewi: “lo kenapa harus malu? Bukankah kita ini saudara kandung?”
Laras:”kalian ngaca dong!!, lihat saja wajah kalian yang tak terurus dan pakaian kalian yang sangat kotor, apalagi ibu yang sudah keriput, jelek, kotor, aku malu ibu.”
Walaupun sedih tapi sang ibu pun menuruti permintaan anaknya, setelah itu berangkatlah ke pasar, laras yang berjalan didepan dan ibu dan kedua adiknya dibelakang membawa keranjang.
Laras bertemu dengan temanya yang tinggal satu kampong denganya
Arman:” hai laras…hendak kemana kamu?”
Laras:” ke pasar, kepo lo”
Arman: “ lalu siapa yang di belakangmu?ibumukah?”
Laras:”tentu saja buka,!mereka pembantu-pembantuku”
Arman:” laras sudah cantik, baik, enak lagi hidupnya, belanja aaja ada yan bawain”
Laras:”haha, gitu deh”
Arman: “yaudah sana belanja dulu!”
Laras:”oke, ayo duluan”
Ana:”sabar ya bu (senebari memeluk ibu)kakak!! Kenapa kakak berbicara seperti itu  pada kami, kami bukan pembantu kak!!
Laras:”udah diam, nggak usah mempermalukan aku disini”

Laksana disambar petir ibu mendengar ucaoan putrinya, tapi  dia hanya terdiam sambil menahan rasa sedih, setelah itu mereka melanjutkan perjalananya.
Pedagang buah: “ayo neng…buahnya, buahnya!!”
Laras:”oh terimakasih”
Pedagang buah: “ silakan neng, dipilih buahnya, dijamin manis kaya yang beli”
Laras:”ah bisa aja haha”
Pedagang buah:” pasti neng haha”
Laras:”ini uangnya bang”
Pedaagang:”terimakasih neng semoga neng tambah cantiiikkk”
Laras:”ayo pembantu-pembantuku, sekarang giliran ke tempat kosmetik”
Ibu:(diam sejenak)
Dewi:”ibu-ibu kenapa?”
Sang ibu tetap saja tidak mau menjawab pertanyaan anaknya, ternyata ia sedang berdoa pada tuhan, agar menghukum anaknya yang durhaka itu, berikan ia hukuman yang setimpal padanya, laras melihat mulut ibunya yang komat kamit sambil menadahkan kedua tangaya.
Laras:”hei!!!! Ibu sedang apa? “(sambil membentak dan menoleh pada ibu)
Doa sang ibu:” ya tuhan, ampunilah hambamu yang lemah ini, hamba sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap anak hamba yang durhaka ini, berilah hukuman yang setimpal padanya.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung, petir menyambar-nyambar, dan suara Guntur bergemuruh memakan telinga, hujan deraspun tuurun pelan-pelan, kaki laras berubah menjadi batu, laraspun panik.
Laras:”ibu…ibu…apa yang terjadi dengan kakikubu??!!, aduh, kerass sekali bu..maafkan laras bu. Laras janji tidak akan mengulangi perbbuatan laras lagiii ,..”
Seketika tubuh laras berubar menjadi batu, dan kedua matanya terus mengeluarkan air, sehingga di sebut BATU MENANGIS.



Related Posts
Havid Adhitama
An Licenced Amateur Radio, Travel Enthusiast, Love about Nature, Sosio-Culture And Outdoor Activity.

Related Posts

Post a Comment