LONGSOR JEMBLUNG, RATUSAN WARGA TERTIMBUN TANAH
Bencana tanah longsor terjadi pada hari Jumat malam (12/12). Di
dusun Jemblung, desa sampang, kecamatan karangkobar, Banjarnegara
Hujan yang terus turun selama dua hari menyebabkan bukit di daerah
dusun jemblung itu longsor dan menyapu dusun yang berpenduduk lebih dari 300
orang itu. Sekitar 200 orang dapat menyelamatkan diri, 95 orang dinyatakan
tewas sisanya dinyatakan hilang sampai saat ini, di tengah upaya pencarian oleh
tim gabungan dari TNI, Polri, Badan Sar, PMI, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, dan sejumlah organisasi masyarakat di bidang kebencanaan.
Adman Darmanto selaku sekretaris desa sampang, ia menceritakan
kepada redaksi AKSIS tentang kejadian tersebut, “ mulanya, hujan 2 hari tanpa
henti mengguyur wilayah karangkobar. akibatnya, tanah di bukit sekitar menjadi
rawan longsor, saat itu cuaca lumayan cerah, tidak terjadi hujan tetapi sekitar
pukul 17.30 sore terjadilah longsor di
dusun jemblung, desa sampang”. Ungkapnya.
Akibat longsornya tebing setingginya -+ 100 meter tersebut,
sekitar 35 rumah dan ratusan jiwa menjadi
korban, selain itu akses jalan utama karangkobar – banjarnegara putus total,
dan jalur dialihkan ke jalan alternatif lainya.
Menurut narasumber dari kantor kecamatan karangkobar, “Kalau
jumlah dari data saat ini , kurang lebih
yang menjadi korban sekitar 108 orang lebih, ada 35 rumah, terdiri dari sekitar
82 kepala keluarga, dan belum termasuk data korban dari desa lain yang saat itu
berada di lokasi. Untuk lokasinya, karena itu ada di jurang, kendaraan sulit
masuk kesana. Dari jalan, lokasi longsornya sekitar 50 meter di bawah jalan
utama. Jadi memang jalan desanya juga tertimbun, sehingga kendaraan tidak bisa
masuk kesana,”ungkapnya, saat di wawancarai redaksi aksis (21/12/2014.)
Sampai hari Senin tanggal 21 desember, tim gabungan yang melakukan
pencarian korban telah menemukan 95 korban meninggal. Pencarian terkendala oleh
cuaca dan medan berat, karena akses jalan terputus oleh longsoran tanah. Menurut
narasumber, tim gabungan ada 600 personel di tim ini dan di tambah satgas dari
TNI kodim 0704 sekitar 1000 personil . Untuk membantu mencari korban,
pemerintah menurunkan 10 alat berat, alat pendeteksi detak jantung, dan
sejumlah anjing pelacak dari Polri. untuk evakuasi korban dihentikan pada
tanggal 22 desember karena masa tanggap
darurat hanya 2 minggu setelah kejadian, tetapi masih banyak warga/relawan yang
mencari sanak saudaranya yang hilang.
Untuk keadaan pengungsian, pemerintah memberikan bantuan logistik
yang di sebar di beberapa titik, salah
satunya di posko utama yang berada di gedung PGRI kec. Karangkobar, posko
tersebut di kelola oleh Taruna Siaga Bencana atau TAGANA yang berada di bawah
dinas sosial.
saat di waancarai, bapak sutanto
selaku koordinator info data pengungsi kecamatan karangkobar, ia mengatakan ada
sekitar 16 titik pengungsian beserta jumlah pengungsi antara lain, yaitu:
1.
kantor kecamatan karangkobar,
ada 91 pengungsi
2.
Kantor Perhutani, 11 pengungsi
3. Balai desa Leksana, 113
pengungsi
4. Rumah
warga karangkobar, 10 pengungsi
5. TPQ
Darussalam, 104 pengungsi
6. Desa
Sampang, 38 pengungsi
7. PCNV
Leksana, 49 pengungsi
8. TPQ
Hidayatul , 75 pengungsi
9. SD
Binangun, 122 pengungsi
10. Rumah
warga binangun, 75 pengungsi
11. Rumah penduduk, 65 pengungsi
12. Dukuh
kecapan, 42 pengungsi
13. Kantor
kecamatan wanayasa, 76 pengungsi
14. Dusun
ambal, 6 pengungsi
15. Dusun
suren, 53 pengungsi
16. Rumah
penduduk di desa leksana (belum terdata)
Dengan total
pengungsi sekitar 1071 jiwa
Dan untuk rencana
kedepan, pemerintah akan merelokasi
warga yang kehilangan rumah dan warga yang berada di zona merah atau di
daerah rawan bencana. Rencananya pemda
banjarnegara di bantu dep PU untuk membangun rumah relokasi warga yang
terdampak bencana tanah longsor desa sampang. Untuk keadaan logistik pengungsi,
pemerintah memberikan dengan sangat cukup, seperti makanan, minuman, obat
obatan, dan dari dinas sosial berupa kebutuhan pribadi seperti selimut, bantal,
dan kebutuhan sanitasi seperti wc umum.
Kami mewawancarai
salah satu pengungsi yang berada di kantor kecamatan karangkobar, yang bernama ibu
Purwati dari desa Sampang, ia mengungsi
sejak tanggal 13, atau sehari setelah terjadinya longsor, sebenarnya tempat
tinggalnya tidak terdampak bencana, tetapi berada di zona merah, yaitu zona
yang masih terjadi pergeseran tanah, atas kemauan sendiri ibu tsb mengungsi.
Ibu Purwati merasa takut disaat hujan, karena di tempat tinggalnya termasuk daerah rawan longsor. Menurutnya, pemerintah telah berupaya
maksimal, karena fasilitas pengungsian sudah tercukupi semua, dari makanan
sampai wc umum, hanya saja merasa tidak betah, karena tidak terbiasa. Sesekali
bu purwati menge-cek keadaan rumahnya, tapi ia hanya pulang ketika cuaca
bersahabat mengingat keadaan yang seperti ini. Pada tanggal 22 desember para pengungsi di perbolehkan kembali ke
rumahnya masing-masing, karena pada hari sebelumnya peneliti geologi dari
universitas UGM Yogyakarta telah meneliti bahwa keadaan tanah sudah setabil.
Untuk rencana
relokasi, berada di dusun aliyan, desa ambal, karangkobar pemerintah telah
menyiapkan dana, dan material, hanya saja terkendala oleh pemilik tanah yang
memasang harga tinggi, rencana rumah yang akan di bangun sekitar 65 rumah,
hanya untuk warga dusun jemblug yang terdampak bencana.
Untuk saat ini jalan
utama karangkobar – banjarnegara belum bisa di lalui, tetapi pemerintah mulai
melakukan perbaikan jalan, seperti pembersihan material longsor, pembuatan
jembatan sementara, yang di bantu oleh kopasus,TNI, zipur 99, armed 11 dan 3,
PU, dan pemda banjarnegara. Dan terakhir
pada hari minggu tanggal 4 januari 2015 jembatan sementara, rusak karena
tidak kuat menahan derasnya air saat hujan deras terjadi sore itu. AKSIS, havid