Pada kesempatan ini, kami dari Rombel
2 PPG Prajabatan PGSD UNNES Gelombang 2 2022 akan mengulas terkait Pembelajaran
Berdiferensiasi yang diampu oleh Ibu Dosen Nursiwi Nugraheni, S. Si., M. Pd.
Di sini kami akan memaparkan terkait Pengertian Pembelejaran Berdiferensiasi, Contoh keragaman peserta didik di kelas, dan Teori pendukung.
Pembelajaran berdiferensiasi
adalah proses untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk
memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang
beraneka ragam, termasuk cara untuk mendapatkan konten, mengolah, membangun,
atau menalar gagasan, dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran
penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar
belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif. Proses mendiferensiasikan
pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari
masing-masing siswa.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
Manajemen kelas yang efektif.Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Penilaian berkelanjutan.Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Contoh keragaman peserta didik di kelas
Sistem ekologi menurut Urie Bronferbenner
Dimana anak memiliki keragaman pada latar belakang kehidupan yang
berbeda-beda.
Contoh: anak yang lahir dari golongan orang mampu dan tidak mampu,
anak yang besar dalam keluarga utuh dan broken.
Multiple Intelligences menurut Howard Gardner
Dimana anak memiliki keragaman pda tingkat kecerdasannya
Contoh: ada anak yang unggul pada akademik
(bahasa/ipas/matematika), non akademik (seni/olahraga)
Zone of Proximal Development (ZPD)
Anak memiliki tingkat perkembangan actual dan potensial yang
berbeda-beda.
Contoh: ada anak yang daya tangkapnya cepat atau ada yang sangat
lambat hingga butuh bimbingan secara detail.
Learning modalities
Anak memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.
Contoh: ada anak yang hanya dapat memahami informasi melalui
visual/auditori/kinestetik
Tomlinson (2001:1) mengemukakan
bahwa pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk
mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka
pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan
suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten,
memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap murid, sehingga murid-murid
akan bisa lebih belajar dengan efektif.
Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:
Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar siswa, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran siswa diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.