Ramuan Istimewa Mama
“Mama, aku nggak
sekolah lagi, ya!” pinta Azka saat Mama membangunkan tidurnya.
“Lho,
bukankah sudah seminggu kamu nggak masuk?” kata Mama. “Sebentar lagi
‘kan tes kenaikan.”
“Aku
masih cape, Ma! Aku masih pengin istirahat.”
Senin
kemarin Azka baru pulang dari kampung Mamanya di Imogiri, Bantul. Eyang
Kakung menikahkan anak bungsunya, Bu Lik Shinta,
adik Mama. Di tengah perjalanan Azka pusing. Azka juga muntah-muntah. Begitu
sampai di rumahnya, di Perumahan Indah Bekasi, Azka diantar ke bidan terdekat.
Azka disuruh istirahat sampai sembuh.
Namun,
ketika tubuhnya tak panas lagi, Azka masih senang berbaring di tempat tidur.
Mama mulai curiga. Mama tahu, sebenarnya bukan hanya kali ini saja Azka malas ke sekolah. Hampir
setiap pagi saat memakai seragam, Azka tiba-tiba mengaku pusing. Kadang
mengeluh kalau perutnya mual, mau muntah. Bahkan, Azka pernah langsung pulang
sebelum pelajaran jam pertama dimulai. Azka seperti ketakutan untuk mengikuti pelajaran.
Dengan
suara lembut, Mama menyuruh Azka kembali berbaring di atas kasur. Dia
menggosokkan minyak angin ke perut dan punggung anak kesayangannya itu.
“Bagaimana?
Terasa lebih baik?” tanya Mama.
Azka
mengangguk pelan.
“Mama
akan buatkan sesuatu untukmu. Tunggu, ya!” kata Mama seraya berjalan menuju
dapur.
Tak
lama kemudian Mama kembali dengan membawa segelas air merah.
“Apa
itu, Ma?” tanya Azka.
“Ini
ramuan penyemangat. Siapa pun yang meminumnya, dia akan sehat dan bersemangat.
Ayo, minumlah,” kata Mama.
Azka mengambil gelas itu dari
tangan Mamanya. Sambil duduk, Azka meminumnya. Glek. Rasanya agak manis
dan pedas. Azka mulai merasakan tubuhnya hangat.
Glek.
Glek. Glek. Seketika Azka merasa tubuhnya
begitu segar. Mulas dan mual tidak lagi dirasakannya. Dia segera bangkit dari
tempat tidur.
“Mama
hebat! Aku jadi merasa sehat. Aku mau sekolah,” kata Azka kemudian.
Di
sekolah, Azka merasa lebih bergairah. Dia memilih duduk paling depan. Azka
mendengarkan penjelasan guru dengan saksama. Saat pelajaran Matematika, semua
soal latihan dijawabnya dengan mudah. Gurunya pun berulang kali memuji Azka.
Ah, bukan main bangganya Azka.
Sejak
itu, hampir setiap pagi, Azka meminum ramuan penyemangat buatan Mamanya. Dengan
penuh percaya diri Azka melangkah menuju sekolah.
Malam
harinya, Azka juga belajar. Dia tak lagi suka menonton televisi. Jika libur,
Azka juga mempunyai jadwal membaca buku. Mama dan papanya sering membelikan
buku bacaan anak-anak, baik majalah maupun novel.
“Wah,
kamu beda sekali, Azka?” tanya Nehan sebelum tes dimulai.
“Sekarang nggak pernah ngantuk lagi di kelas,” tambah Farah.
Azka
tersenyum. Hatinya begitu senang saat pengumuman kenaikan tiba. Azka ikut
mamanya ke sekolah untuk mengambil rapor.
Ketika
Mama baru keluar dari kelas, Azka langsung menghadangnya. “Azka naik nggak?”
tanyanya.
“Kira-kira
bagaimana?” balas Mama.
“Hore!”
teriak Azka ketika tahu dirinya naik ke kelas IV.
Sesampainya
di rumah Azka penasaran. “Apa sebenarnya ramuan penyemangat yang Mama berikan
padaku?” tanya Azka.
“Sssttt,
ini ramuan rahasia leluhur,” jawab Mama. “Ikuti Mama!”
Azka
berjalan di belakang Mamanya. Dia melihat Mama mengambil bungkusan berisi
serbuk kemerah-merahan. Serbuk itu dimasukkan ke dalam gelas kaca. Lalu, Mama
menuangkan air panas dari teko.
“Lho,
bukankah itu minuman dari rumah Eyang?” tanya Azka.
“Betul, Sayang!” jawab Mama.
“Ramuan penyemangat itu hanya minuman biasa. Bukan ramuannya yang istimewa,
melainkan kamulah yang istimewa,” kata Mama.
Ah,
Azka baru sadar. Ternyata ramuan istimewa itu wedang uwuh, minuman yang selama
ini tidak dia sukai. Wedang uwuh terbuat dari dedaunan mirip dengan sampah.
Wedang uwuh berwarna merah cerah dan beraroma harum.
Azka
tertegun. Dia memang selalu merasa mulas berangkat sekolah. Azka takut menghadapi
pelajaran. Namun, ketika bersemangat, Azka mudah memahami semua pelajaran. Azka
tak pernah remedi setelah ulangan harian.
Selain semangat belajar, Azka juga
menyukai wedang uwuh, wedang tradisional dari Yogyakarta.
Cerpen dan Dongeng
Minuman Nusantara
Suyitman
2. Paragraf yang
memiliki kata lebih kurang 300 kata
Di
sekolah, Azka merasa lebih bergairah. Dia memilih duduk paling depan. Azka
mendengarkan penjelasan guru dengan saksama. Saat pelajaran Matematika, semua
soal latihan dijawabnya dengan mudah. Gurunya pun berulang kali memuji Azka.
Ah, bukan main bangganya Azka.
Sejak
itu, hampir setiap pagi, Azka meminum ramuan penyemangat buatan Mamanya. Dengan
penuh percaya diri Azka melangkah menuju sekolah.
Malam
harinya, Azka juga belajar. Dia tak lagi suka menonton televisi. Jika libur,
Azka juga mempunyai jadwal membaca buku. Mama dan papanya sering membelikan
buku bacaan anak-anak, baik majalah maupun novel.
“Wah,
kamu beda sekali, Azka?” tanya Nehan sebelum tes dimulai.
“Sekarang nggak pernah ngantuk lagi di kelas,” tambah Farah.
Azka
tersenyum. Hatinya begitu senang saat pengumuman kenaikan tiba. Azka ikut
mamanya ke sekolah untuk mengambil rapor.
Ketika
Mama baru keluar dari kelas, Azka langsung menghadangnya. “Azka naik nggak?”
tanyanya.
“Kira-kira
bagaimana?” balas Mama.
“Hore!”
teriak Azka ketika tahu dirinya naik ke kelas IV.
Sesampainya
di rumah Azka penasaran. “Apa sebenarnya ramuan penyemangat yang Mama berikan
padaku?” tanya Azka.
“Sssttt,
ini ramuan rahasia leluhur,” jawab Mama. “Ikuti Mama!”
Azka
berjalan di belakang Mamanya. Dia melihat Mama mengambil bungkusan berisi
serbuk kemerah-merahan. Serbuk itu dimasukkan ke dalam gelas kaca. Lalu, Mama
menuangkan air panas dari teko.
“Lho,
bukankah itu minuman dari rumah Eyang?” tanya Azka.
“Betul, Sayang!” jawab Mama.
“Ramuan penyemangat itu hanya minuman biasa. Bukan ramuannya yang istimewa,
melainkan kamulah yang istimewa,” kata Mama.
Ah,
Azka baru sadar. Ternyata ramuan istimewa itu wedang uwuh, minuman yang selama
ini tidak dia sukai. Wedang uwuh terbuat dari dedaunan mirip dengan sampah.
Wedang uwuh berwarna merah cerah dan beraroma harum.
Azka
tertegun. Dia memang selalu merasa mulas berangkat sekolah. Azka takut
menghadapi pelajaran. Namun, ketika bersemangat, Azka mudah memahami semua
pelajaran. Azka tak pernah remedi setelah ulangan harian.
Selain semangat belajar, Azka juga
menyukai wedang uwuh, wedang tradisional dari Yogyakarta.
3.
Satu kalimat yang paling pendek dan
fonem yang terdapat pada kalimat tersebut? Bagaimana cara memproduksi fonem
tersebut?
Fonem
Kalimat : Azka tertegun.
Kata
|
Tersusun Atas Suku kata
|
Klasifikasi Fonem
|
Cara memproduksi Fonem
|
Azka
|
Az-ka
|
Satu Konsonan Satu Vokal (KV)
/a/, /z/, /k/, /a/
Fonem Vokal :
bunyi /a/
Fonem Konsonan : bunyi /z/, dan /k/
|
/a/ Dibunyikan dengan menjatuhkan raham bawah sejauh
mungkin, bukan dengan membuka samping. Gigi atas dan bawah tidak dilindungi
atau ditutupi oleh kedua bibir atas dan bawah. Letakkan lidah diujung gigi
bawah
/z/ Dibentuk dengan cara mendesis, yaitu menempelkan
ujung lidah ke dalam bagian gigi dengan posisi mulut tersenyum.
/k/ Belakang lidah yang mendekati atau menempel pada
langit-langit lunak.
/a/ Dibunyikan dengan menjatuhkan raham bawah sejauh
mungkin, bukan dengan membuka samping. Gigi atas dan bawah tidak dilindungi
atau ditutupi oleh kedua bibir atas dan bawah. Letakkan lidah diujung gigi
bawah.
|
Tertegun
|
Ter-te-gun
|
Satu Konsonan, Satu Vokal (KV)
/t/, /e/, /r/, /t/, /e/, /g/, /u/, /n/
Fonem Vokal : bunyi /e/ dan /u/
Fonem Konsonan : /t/, /r/, /g/ dan /n/.
|
/t/ Ujung lidah ditempatkan (bukan diletakkan)
menyentuh gusi tepat di atas gigi. Begitu lidah memetik dan lepas dari
posisi, ledakan kecil dari udara dihembuskan.
/e/ sama seperti posisi saat mengucapkan (A) tetapi
mengurangi kuas mulut menjadi sepertiga dari ucapan (A).
/r/ dibentuk apabila ujung lidah menempel pada
langit-langit dan ada udara yang keluar dari rongga mulut yang menyebabkan
lidah bergetar.
/t/ ujung lidah ditempatkan (bukan diletakkan)
menyentuh gusi tepat di atas gigi. Begitu lidah memetik dan lepas dari
posisi, ledakan kecil dari udara dihembuskan.
/e/ sama seperti posisi saat mengucapkan (A) tetapi
mengurangi kuas mulut menjadi sepertiga dari ucapan (A).
/g/ pangkal lidah atau belakang lidah menempel/mendekati
langit-langit lunak (langit-langit bawah).
/u/ mulut lebih dipersempit sedikit, dan bibir sedikit
lebih didorong ke depan.
/n/ langit-langit lunak beserta anak tekaknya
diturunkan, ujung lidah ditekankan pada gusi dan pita suara ikut bergetar.
|
4.
Morfem
Kalimat : Jika
libur, Azka juga mempunyai jadwal membaca buku.
Morfem :
Morfem
Bebas
|
Morfem
Terikat
|
Jika
Libur
Azka
Jadwal
Buku
|
Mempunyai
Membaca
·
Membaca
Awalan :
Me
Kata : baca
|
5. Frasa dan
Klausa
Kalimat : Mama
dan papanya sering membelikan buku bacaan anak-anak, baik majalah maupun novel.
Frasa :
·
Sering
membelikan
·
Buku bacaan
anak-anak
Klausa
·
Mama dan
papanya sering membelikan majalah maupun novel
·
Mama dan
papanya sering membelikan buku bacaan