A.
PERKEMBANGAN
MASA PERTENGAHAN DAN MASA AKHIR PADA ANAK-ANAK
Masa pertengahan dan akhir anak-anak adalah masa dimana
anak-anak berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan yang di tandai
dengan perubahan fisik, psikis, motorik dan kognitif.
Periode ini berlangsungdari
usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Kematangan seksual ini sangat
bervariasi baik antar jenis kelamin maupun antar budaya yang berbeda.Masa ini
disebut juga masa anak sekolah. Anak-anak sudah lebih mandiri. Pada masa inilah
anak paling peka dan paling siap untuk belajar. Mereka haus akan pengetahuan
dan ingin selalu mengetahui dan memahami.
Permulaan
masa pertengahan dan masa akhir
anak-anak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar.Bagi
sebagian besar anak, hal ini merupakan bagian besar dalam pola
kehidupannya.Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
1. Perkembangan
Fisik
a)
Keadaan Berat dan Tinggi Badan
Dalam perkembangan fisik, masa pertengahan dan akhir
anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat yang relative seragam
sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas.Pertumbuhan fisik cenderung
lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya
begitu cepat.Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai
kemampuan akademik.Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, serta
belajar berbagai keterampilan.Selama masa akhir anak-anak, tumbuh tinggi
sekitar 5-6% dan berat sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi
rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun
tinggi anak mencapai 60 inci 42,4 kg. Kenaikan tinggi dan berat badan
bervariasi antara anak satu dengan anak yang lain. Peran kesehatan dan gizi
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
b)
Perkembangan Motorik
Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan
motorik anak-anak menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan
dengan awal masa anak-anak.Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik
mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik.Aktifitas fisik ini
dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal,
permainan yang diatur sendiri oleh anak.Disamping itu, anak-anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal.Bila
dikuasai, keterampilan-keterampilan fisik ini merupakan sumber kenikmatan dan
prestasi yang besar bagi anak-anak.
Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar
mereka memperoleh kendali yang lebih besar atas tubuh mereka dan dapat duduk
serta berdiri dalam waktu yang lebih lama.Tetapi anak-anak sekolah dasar jauh
dari kedewasaan fisik, dan mereka harus lebih aktif.Mereka menjadi lebih jenuh
karena duduk terlalu lama daripada berlari, melompat, atau bersepeda.Tindakan
fisik adalah penting bagi anak-anak untuk memperhalus keterampilan-keteranpilan
mereka yang sedang berkembang.Oleh karena itu, pada prinsipnya anak-anak
sekolah dasar harus terlibat secara aktif daripada pasif di dalam
kegiatan-kegiatan.
2. Perkembangan
Kognitif
Kognitif adalah pengetahuan
yang luas mengenai berpikir dan mengamati, kognitif adalah tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut.
a)
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, operasi
adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema.
Sedangkan operasi kongkrit adalah aktifitas mental yang difokuskan pada
objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit yang dapat diukur.
Anak akan melalui tiga
macam proses yang disebut operasi-operasi, yaitu : Negasi (negation). Pada
masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhiran dari
deretan suatu benda.Hubungan timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat
bagaimana deretan benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deratan benda itu
berubah dan posisinya tidak sama dengan yang semula, tetapi anak mengetahui
bahwa jumlah benda itu sama. Identitas, anak pada masa konkrit operasional
sudah bisa mengenal satu persatu benda yang ada pada deretan itu. Anak bisa
menghitung, sehingga meskipun benda dipindahkan anak dapat mengatahui bahwa
jumlahnya akan tetap sama.
b)
Perkembangan Memori
Pada usia 7 tahun, seorang anak memasuki tahap operasional konkret. Dinamakan demikian karena
pada saat ini anak dapat menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah
konkret (actual).Anak dapat berpikir logis ketimbang sebelumnya karena
pada saat ini mereka dapat mengambil berbagai aspek dari situasi tersebut
kedalam pertimbangan.Walaupun demikian, mereka masih dibatasi untuk berpikir
tentang situasi yang sebenarnya pada saat itu saja.
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka
kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat.Karena dengan
masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan
meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan obyek-obyek
yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak
usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya
daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia
sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir konkrit, rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar
berada dalam suatu stadium belajar.
Selama tahun-tahun
pertengahan dan akhir, anak-anak menunjukkan perubahan-perubahan penting
sebagai mereka mengorganisasi dan mengingat informasi.Setelah anak berusia 7
tahun tidak terlihat peningkatan yang berarti.Cara mereka memproses informasi
berbeda dengan orang dewasa. Memori jangka panjang pada anak terlihat
peningkatan seiring dengan penambahan usia selama masa pertengahan dan masa
akhir anak-anak. Hal ini karena memori jangka panjang sangat tergantung pada
kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi.
Meskipun pada masa
pertengahan dan masa akhir anak-anak
tidak terjadi peningkatan yang berarti dalam memori jangka panjang, malah
menunjukkan keterbatasan, namun selama periode ini mereka berusaha mengurangi
kererbatasan tersebut menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu
perilaku yang disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori.
Menurut Marlin, ada empat
strategi memori, yaitu rehearsal, organization, imagery, dan
retrieval. Rehearsal (pengulangan) adalah salah satu strategi meningkatkan
memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut
disajikan. Organization (organisasi) seperti pengkategorian dan
pengelompokan, merupakan strategi memori yang sering digunakan orang dewasa.Imagery
(perbandingan) adalah tipe dari karakteristik pembayangan dari
seseorang.Memori anak kelas satu sekolah dasar meningkat setelah mereka dilatih
membentuk perbandingan interaktif.Retrieval (pemunculan kembali) adalah
proses mengeluarkan atau memunculkan informasi dari memori.
Di samping
strategi-strategi di atas, juga terdapat hal lain yang mempengaruhi memori
anak, seperti usia, sikap, motivasi, dan lain-lain.
c)
Perkembangan Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau
refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pemikiran
memikiran dengan pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai
begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber. Untuk
mengembangan pemikiran anak yang kritis
dengan cara mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir yang
benar, mengembangan strategi-strategi pemecahan masalah, meningkatkan mental
mereka, memotivasi anak untuk menggunakan keterampilan berpikir yang baru saja
mereka pelajari.
d)
Perkembangan Intelegensi (IQ)
Intelegensi Quotions
telah dianggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan
ppencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui
intelegensinya, seorang anak dapat dikategorikan sebagai anak yang
pandai/cerdas (jenius), sedang, atau bodoh (idiot).Intelegensi dapat diartikan
sebagai kemampuan berpikir secara abstrak, memecahkan masalah menggunakan
simbol-simbol verbal, dan kemampuan untuk belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
e)
Perkembangan Kecerdasan Emosional (EQ)
Menurut Goleman
Emotional Quotions (kecerdasan emosional) mempunyai lima komponen yang
penting, yaitu: mengenali emosi, mengelola emosi, motivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Ketika usia anak bertambah,
mereka menjadi lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang lain.
Mereka dapat lebih baik mengatur ekspresi emosional mereka dalam situasi
sosial, dan mereka dapat merespon tekanan emosional orang lain. Pada usia 7
atau 8 tahun, raasa malu dan rasa bangga akan diimplikasi pada tindakan mereka
dan jenis sosialisasi yang pernah mereka terima.
Mengenali emosi diri atau
kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk
mengambil keputusan, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat. Mengelola emosi yaitu menangani emosi diri agar
berdamapak positif bagi diri sendiri, orang yang memiliki keerdasan emosional
adalah orang yang mampu menguasai, mengelola dan mengarahkan emosinya dengan
baik. Motivasi diri yaitu menggerakkan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun manusia
menuju sasaran, membantu mengambil keputusan dalam bertindak, dan mampu
bertahan dalam kegagalan.
Mengenali emosi orangg lain
(empati) yaitu kemampuan untuk merasakaan apa yang orang lain rasakan , mampu
memahami pendapat mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya yang
menyelaraskan diri dengan orang banyak.
Membina hubungan yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi
secara baik ketika berhubungan dengan orang lain.
f)
Perkembangan Kecerdasan Spiritual (SQ)
Spiritual Quotions atau
kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain.
Aspek di dalam SQ adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai, SQ adalah
kecerdasan untuk menetapkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, SQ adalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau
jalan hidup seseorang lebih bermakna disbanding dengan yang lain, SQ adalah
keerdasan yang tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, tetapi juga
untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Anak-anak memiliki
kemampuan SQ yang dibawanya sejak lahir, dan pendidikan agama harus
dipertahankan sebagai bagian penting dari progam-progam yang diberikan di
sekolah.
g)
Perkembangan Bahasa
Selama masa akhir
anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak
meningkat dan cara anak menggunakan kata dan kalimat bertambah kompleks serta
lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran yang diberikan di
sekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak lain, serta melalui radio dan
televisi, anak-anak menambah kosa kata yang ia gunakan dalam ucapan atau tulisan. Ketika anak masuk ke kelas satu
dasar, kosa katanya mencapai 20.000 samapi 24.000 kata.Pada saat anak duduk di
kelas 6, kosa kata mencapai 50.000 kata.
Seiring dengan meningkatnya
kosa kata pada tahun-tahun bersekolah, penggunaan kata kerja yang tepat untuk
sebuah aksi semakin meningkat.Mereka belajar bukan hanya menggunakan banyak
kata tetapi juga memilah kata yang benar untuk penggunaan tertentu.
Anak juga mengalami
kemajuan dalam berbicara, pengucapan, pembentukan kalimat, yaitu dari usia 6-10
tahun, panjang kalimat akan bertambah, kalimat panjang biasanya tidak teratur
dan terpotong-potong, berangsur-angsur setelah dan kemajuan dalam pengertian.
3. Perkembangan
psikososial
Dunia psikologi anak menjadi lebih kompleks
dan berbeda dengan masa awal anak.Hubungan dengan keluarga dan teman sebaya
memainkan peranan yang penting.Sekolah dan hubungan para guru menjadikan aspek
kehidupan anak menjadi terstruktur.Pemahaman anak terhadap diri “self” berkembang.
a)
Perkembangan Pemahaman Diri
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau
konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Menurut Santrock,
perubahan ini meliputi : Karakteristik Internal, anak-anak pada masa
pertengahan dan akhir lebih cenderung mendefinisikan dirinya melalui
keadaan-keadaan dalam yang subjektif daripada melalui kadaaan luar.
Karakteristik aspek-aspek sosial, selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek
sosial dari pemahaman diri juga menimgkat.Anak sekolah dasar seringkali
menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam menjelasakan diri
mereka. Karakteristik Perbandingan Sosial, pada tahap ini nak usia sekolah
cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain.
b)
Perkembangan dengan Teman Sebaya
Menurut Barker dan Wright anak usia 2 tahun
menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk teman sebaya adalah 20%.
Sedangkan anak usia 7-11 tahun meluangkan waktu lebih dari 40% untuk teman
sebaya.
c)
Pembentukan Kelompok.
Pembentukan kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih
menekankan pentingnya aktivitas bersama, seperti berbicara, mendengarkan musik,
bermain game, dan lain-lain, merupakan dasar bagi terbentuknya kelompok teman
sebaya.